Rabu, 29 Desember 2010

Apel Tak Lagi Sehijau Dulu

www.kotabatu.com
          Apel dulunya merupakan identitas kota Batu, sekarangpun masih menjadi identitas kota Batu. Namun, pertanian apel sudah tidak seperti dulu. Pertanian apel mengalami kemrosotan tajam dikarenakan banyak pohon apel yang mati. Para petani apel juga sudah mengusahakan, tetapi penyakit tanaman apel memang sangat banyak. Dari mulai penyakit yang menyerang pohonnya maupun buah apelnya sendiri.
www.kotabatu.com

Menurut Penelitian D.M. Cook, 2006 “kematian” industri apel di kota Batu disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Industri apel di Batu menghadapi banyak masalah. Masalah-masalah ini sebagian besar ekonomis. Apel Batu tidak berhubungan dengan persaingan dibandingkan buah impor. Industri apel hidup terus lama tujuh puluh tahun. Keadaan terjadi karena tidak ada persaingan dari luar negeri. Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia memutuskan menjadi anggota WTO. Akibatnya, pasar Indonesia dibuka kepada produk lain dari negara lain. Pasar buah Indonesia dibanjir apel yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Australia, Cina dan Selandia Baru. Yang jelas adalah bahwa buah impor adalah buah lebih baik dan harganya lebih murah daripada apel Batu.
2. Industri apel di Batu menghadapi kesulitan untuk memperoleh keuangan.
3. Kondisi kerja di industri apel cukup baik. Dibandingkan kondisi kerja industri bunga potong hampir sama, kecuali kebunan apel terletak di luar, di lerengan gunung-gunung di kecamatan Batu dan Bumiaji. Sebaliknya, petani bunga potong biasanya bekerja di dalam greenhouses, atau kalau di luar, di kebunan yang terletak di satu tingkat. Petani apel harus membawa keranjang buah apel naik
lerengan curam. Keranjang itu biasanya lebih berat daripada ember bunga potong.
4. Mayoritas petani dan buruh apel tidak berpendidikan tinggi. Dibandingkan petani dan buruh bunga potong, petani apel berpendidikan sangat rendah.
5. Petani dan buruh-buruh apel merasa sangat bangga untuk bekerja di bidang pertanian apel. Petani tersebut memikul penderitaan ekonomis tetapi tetap puas dengan industri tersebut karena merasa kebanggaan. Perasaan kebanggaan digunakan untuk mempromosikan buah apel sebagai buah terbaik, antara lain memajukan produk apel kerajin tangan seperti dodol dan jenang. Produk khas Batu dijual sebagai produk harga lebih mahal karena produk tersebut mewakili lambang kebanggaan di industri apel
6. Industri apel berada di Batu, tetapi adanya bukan secara kuat. Industri apel tidak membuat banyak keuntungan. Bahkan, untuk buruh-buruh apel, hidup tidak enak. Buruh-buruh tinggal di desa dan mendapat gaji rendah.
7. Secara fisik, industri apel masih menderita masalah rencana dari 20-30 tahun yang lalu. Pada tahunan 70-an, Dinas Pertanian bersama pemerintah Indonesia mengusulkan kepada petani bahwa industri memerlukan lebih banyak pohon. Akibatnya, kecamatan Bumiaji dan Batu mulai menanam banyak pohon. Pada saat itu, petani apel menanam empat jenis utama, yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna dan Wanglin. Kebanyakan pohon itu masih ada. Pohon-pohon tua itu tidak tepatguna. Pohon itu memerlukan sebanyak pupuk, air dan kimia dengan pohon muda. Namun pohon tua tidak menghasilkan buah secara efisien. Banyak petani tidak mampu membayar untuk menghilangkan pohon tua dari kebun. Pada waktu sama, petani juga tidak mampu membeli pohon baru, atau bibit.(www.kotabatu.com)

Tidak ada komentar: